Arti manusia batak:
Bagi suku lain, nada suara halak hita dibilang sangat tinggi. Lelaki Batak yang memiliki pita suara segarang Jack Marpaung pun akan tetap berteriak-teriak di acara pesta walaupun tangannya sedang memegang mikrofon. Tampang wajah “marsuhi-suhi” adalah pembeda khas amuba Batak dengan amuba Tionghoa atau amuba Aceh. Tulang-tulang pada wajah orang Batak berbeda dengan tulang wajah orang-orang dari suku lain. Halak hita memiliki rongga kosong atau sinus yang lebih besar pada tulang dahi, pipi, hidung, serta dasar otaknya dibandingkan manusia Indonesia pada umumnya. Konon sinus-sinus itulah yang membuat suara orang Batak lebih menggelegar dalam olah vokal, selain membentuk hidung pesek.
Banyak stereotip negatif dan positif tersemat pada orang Batak. Sering terdengar, meskipun kasar dan galak, sesungguhnya manusia Batak sangat mudah terusik kalbunya. Si Poltak, preman yang di siang hari merajai terminal kota, yang tubuhnya dipenuhi tatto, akan menangis meraung-raung saat mendapati anak atau ibunya tengah sekarat di tangan dokter. “Tampang boleh Rambo, tapi hati Rinto.”
Katanya lelaki Batak sangat setia kawan hingga rela mengorbankan uang bahkan nyawa demi membela sahabat, tapi faktanya tidak demikian. Jangankan di Medan atau Jakarta, di mana berlaku prinsip “siapa lu siapa gue”, halak hita yang tinggal di Tanah Batak ini pun sudah mulai menikmati bagaimana mencari untung dengan menyudutkan teman hingga buntung. Kawan dikhianati demi menyelamatkan diri.
Katanya orang Batak itu tegas dan sportif; faktanya banyak yang justru bersungut-sungut di belakang, tidak ikhlas mengakui kelebihan orang lain, dan marah ketika kalah.
Katanya halak hita pemberani; faktanya banyak yang tidak bernyali.
Katanya manusia Batak itu kritis; faktanya tidak sedikit yang justru merendahkan diri menjadi penjilat. Bupati koruptor masih disanjung-sanjung dan digadang-gadang untuk periode kedua karena rajin mengikuti ibadah dan pesta-pesta adat.
Karakter orang Batak sejatinya bukan seperti wajah badut bertopeng. Dia tidak terlahir dengan watak penuh basa-basi. Tanpa ragu dia mesti berani mengatakan mana yang salah atau benar. Dia tidak akan memilih “abu-abu” karena ada warna kebanggaan sukunya yang lebih tegas seperti warna ulos dan ukiran gorga: putih, merah, dan hitam.
Dia tidak akan bimbang. Batak bukan peragu.
Suatu ketika seorang teman saya yang bukan Batak mengatakan penilaiannya bahwa orang Batak itu gagah, gahar, dan garang seperti singa — pantang menyerah, pantang ditantang berdebat — dan (karenanya) banyak yang berhasil menjadi jenderal polisi atau militer, pengacara, politikus nasional, hingga jaksa dan hakim.
Pantas saja dibilang seperti singa — yang jantan menjaga keluarga, yang betina memberi makan anak-anaknya. Mari lihat sekitar kita: Ketika kaum ibu menguras tenaga bekerja di sawah, banyak kaum bapak malah asyik menenggak tuak atau membahas togel di lapo dengan memakai uang yang dihasilkan dari keringat isterinya. (Pertama kali terbit di Koran Tapanuli.)
Arti Kebudayaan Batak
Yang diamksud dengan kebudayaan Batak yaitu seluruh nilai-nilai kehidupan suku bangsa Batak diwaktu-waktu mendatang merupakan penerusan dari nilai kehidupan lampau dan menjadi faktor penentu sebagai identitasnya.
Refleksi dari nilai-nilai kehidupan tersebut menjadi suatu cirri yang khas bagi suku bangsa Batak yakni : Keyakinan dan kepercayaan bahwa ada Maha Pencipta sebagai Tuhan yang menciptakan alam semesta beserta segala sesuatu isinya, termasuk langit dan bumi.
Untuk mewujudkan keseimbangan dalam menjalankan nilai-nilai kehidupan sebagai mahluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, Tuhan Maha Pencipta sebagai titik orientasi sipritualnya, alam lingkungan sebagai objek integritasnya suku bangsa Batak telah dinaungi Patik. Patik berfungsi sebagai batasan tatanan kehidupan untuk mencapai nilai-nilai kebenaran. Patik ditandai dengan kata Unang, Tongka, Sotung, Dang Jadi.
Sebagai akibat dari penyimpangan tatanan kehidupan yang dimaksud dibuatlah Uhum atau Hukum. Uhum/Hukum ditandai oleh kata; Aut, Duru, Sala, Baliksa, Hinorhon, Laos, Dando, Tolon, Bura dsb.
Didalam menjalankan kehidupan suku bangsa Batak terutama interaksi antara sesama manusia dibuatlah nilai-nilai antara sesama, etika maupun estetika yang dinamai Adat.
Suku bangsa Batak mempunyai system kekerabatan yang dikenal dan hidup hingga kini yakni Partuturon.
Peringatan untuk tidak melanggar Patik itu ditegaskan dengan kata Sotung. Dan mengharamkan segala aturan untuk dilanggar dikatakan dengan kata Subang.
Makna Kebudayaan Batak
Tata nilai kehidupan suku Batak di dalam proses pengembangannya merupakan pengolahan tingkat daya dan perkebangan daya dalam satu sistem komunikasi meliputi :
a. Sikap Mental (Hadirion)
· Sikap mental ini tercermin dari pepatah : babiat di harbangan, gompul di alaman.
· Anak sipajoloon nara tu jolo.
b. Nilai Kehidupan (Ruhut-ruhut Ni Parngoluon)
Pantun marpangkuling bangko ni anak na bisuk. Donda marpangalaho bangkoni boru na uli. (pantun hangoluan tois hamagoan).
Cara Berpikir (Paningaon)
Raja di jolo sipatudu dalan hangoluan.
Raja di tonga pangahut pangatua, pangimpal, pangimbalo (pemersatu).
Raja di pudi siapul natangis sielek na mardandi
Cara Bekerja (Parulan)
Mangula sibahen namangan
Maragat bahen siinumon
Logika (Ruhut, Raska, Risa)
Aut so ugari boru Napitupulu na tumubuhon au, dang martulang au tu Napitupulu
Etika (Paradaton)
Tinintip sanggar bahen huru-huruan
Nisungkun marga asa binoto partuturon
Estetika (panimbangion)
Hatian sora monggal ninggala sibola tali
Rangkuman
Pandangan Umum.
Budaya berasal dari bahasa sanskerta yaitu Budhayah bentuk jamak dari budi dan akal. Sedangkan kata budaya ialah perkembangan majemuk dari budidaya yang berarti daya dan budi.
Hakekat budaya adalah hasil daya dari budi berupa Cipta, Karsa, Rasa.
Defenisi kebudaytaan adalah sejumlah kepandaian dan pengalaman-pengalaman generasi-generasi angkatan manusia, yang telah dipelajarkan pada tiap-tiap generasi baru dan yang tersusun dalam masyarakat.
Salah satu aspek kebudayaan adalah ADAT. Adat ialah segala sesuatu kebiasaan-kebiasaan generasi-generasi angkatan manusia, yang telah dipelajarkan pada tiap-tiap generasi baru; telah tersusun rapi dalam masyarakat dan dibatasi oleh norma-norma tertentu.
Pandangan Khusus
Pemahaman suku bangsa Batak tentang mikro kosmos dan makro kosmos dimana hubungan manusia Batak dengan Tuhannya, hubungan manusia Batak dengan manusia lainnya, manusia Batak dengan alam lingkungannya selalu di batasi oleh patik dan uhum.
Itu berarti tatanan kehidupan suku Batak dari dulu hingga sekarang ini telah diatur oleh suatau sistem yaitu Budaya, dalam bahasa Batak lebih diartikan sebagai UGARI.
LOGIKA
Budaya Batak mencerminkan nilai-nilai peradaban yang tinggi sehingga suku bangsa Batak mengakui Tuhan Maha Pencipta sebagai orientasi spritualnya.
Suku bangsa yang tidak mempunyai budaya adalah suku bangsa yang tidak mengenal Tuhan dan disebut biadab.